Oleh: Alam Lestari
Bandung, 16 September 2020.
Bogor merupakan salah satu daerah
residen (kabupaten) di Jawa Barat yang memiliki nilai sejarahnya sendiri.
Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, pada zaman dahulu Bogor dikenal sebagai pusat Kerajaan Tarumanegara dan
Kerajaan Sunda Padjadjaran. Kerajaan yang cukup terkenal meliputi wilayah Jawa
Barat dan Banten. Sebagai batas kerajaan antara Sunda Padjadjaran dan Sunda
Galuh berada di aliran Sungai Citarum. Sebuah catatan sejarah juga menyebutkan, bahwa Bogor diduga mempunyai
latar belakang sosial budaya dialek Sunda yang perlu diteliti.
Masuknya
Bogor ke wilayah Kerajaan Sunda Padjadjaran ini, tentunya mendapatkan pengaruh
besar dalam hal Bahasa Sunda. Tidak seperti daerah Parahyangan yang dikuasai
oleh Kerajaan Sunda Galuh ketika itu, yang perkembangan bahasanya dipengaruhi
oleh invasi Kerajaan Mataram.[1] Hingga menghasilkan
undak-usuk dalam Bahasa Sunda.[2] Daerah yang dulunya adalah
wilayah Kerajaan Sunda Padjadjaran, tidak mendapatkan pengaruh undak-usuk
bahasa yang diciptakan oleh penjajahan Kerajaan Mataram. Oleh karena itu,
Bahasa Sunda yang berkembang di daerah Bogor dari zaman sebelum dan sesudah
Kerajaan Sunda Padjadjaran hingga saat ini adalah Bahasa Sunda Loma.
Bahasa
Sunda Loma adalah Bahasa Sunda sedang atau biasa. Bahasa loma digunakan untuk orang atau teman yang sudah akrab
dengan kita tanpa memandang strata.[3]
Bahasa inilah yang sering digunakan oleh masyarakat Bogor dalam percakapan
sehari-harinya. Dalam Bahasa Sunda Loma, kita masih bisa melihat kemurnian
bahasa yang dimiliki oleh Suku Sunda, karena bahasa loma tidak memiliki aturan
diksi seperti dalam undak-usuk bahasa yang mencirikan feodalisme. Masyarakat
Bogor yang sering menggunakan bahasa loma menandakan bahwa, Bahasa Sunda di
daerah ini masih memiliki kemurnian bahasa yang dimiliki oleh Suku Sunda. Saya
teringat dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada tanggal 02 November 2019,
dengan Abah Anto Sumiarto salah seorang budayawan Sunda dari Bandung Timur,
beliau berkata “memang Bahasa Sunda yang asli itu seperti apa? Justru bahasa
Sunda yang masih asli itu ada di Bogor, masa orang Bogor sendiri gak tau… Kalo
bisa hapuskan sajalah undak-usuk Bahasa Sunda itu”.[4]
Kemurnian
Bahasa Sunda yang sesungguhnya harus di nilai pada naskah-naskah kuno dan
prasasti peninggalan sejarah yang ada di Tatar Pasundan. Karena di dalam
benda-benda sejarah tersebut Bahasa Sunda yang digunakan adalah bahasa loma.
Hal ini terjadi jauh sebelum adanya invasi Kerajaan Mataram. Dari sini kita
bisa melihat bahwa sebenarnya, Suku Sunda adalah etnis yang tidak mengenal
stratifikasi dalam kehidupan sosialnya. “Pada
masa era kerajaan Sunda seperti Padjadjaran berjaya, bahasa Sunda adalah bahasa
yang sangat egaliter dan demokratis,” ungkap Ajip Rosidi, salah seorang
Sastrawan Sunda dalam sebuah wawancara.[5]
Secara Administratif, Kabupaten Bogor termasuk ke dalam wilayah Provinsi
Jawa Barat. Daerah Kabupaten Bogor bagian Utara berbatasan dengan: 1)
Kabupaten/Kotamadya Tangerang, DKI Jakarta, Kota Depok, Kabupaten Bekasi; 2)
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Cianjur; 3)
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi; 4)
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Banten.
Daerah Kabupaten Bogor diduga memiliki dialek Sunda yang berbeda-beda di
setiap kecamatannya. Maka dari itu, masing-masing wilayah Kabupaten Bogor
memiliki ke khasan pemakaian Bahasa Sundanya. Seperti Kabupaten Bogor bagian
Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lebak, Banten, memiliki bahasa
Sunda loma. Hal ini juga bisa kita temukan di Kabupaten Bogor bagian Utara yang
berbatasan langsung dengan Kota Depok, DKI Jakarta, dan Bekasi, memiliki
kecenderungan bahasa yang sama yaitu loma. Walaupun untuk wilayah bagian Utara
ini sudah bercampur dengan bahasa-bahasa melayu, namun unsur bahasa Sunda lomanya
masih ada.[6]
Lalu untuk Kabupaten Bogor bagian Timur, yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bogor bagian Selatan, yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Sukabumi, memiliki ke khasan menggunakan bahasa Sunda
Parahyangan lengkap dengan undak-usuknya.
Namun, Bogor hari ini sebagaimana salah satu daerah
Jawa Barat yang masih memiliki kultur Sunda terutama dalam hal bahasa. Dan
juga, sebagai daerah yang turut menyangga aktivitas sosial-ekonomi-politik DKI
Jakarta. Masyarakatnya menghadapi situasi perkembangan budaya yang
terus-menerus bergerak ke arah modernisasi akibat dari arus globalisasi yang
tidak dapat dibendung. Bahasa Sunda di Bogor pun lambat laun mulai ditinggalkan
oleh masyarakatnya, karena dianggap kuno dan sulit digunakan untuk berinteraksi
dengan orang sekitar. Mengingat masyarakat yang tinggal disini tidak hanya
warga asli Bogor, namun banyak juga pendatang dari luar kota dan luar Pulau
Jawa yang berbeda suku, agama, ras, dan etnis. Ditambah para orang tua yang
secara biologis dan kultural adalah orang asli Sunda, lebih memilih mengajarkan
bahasa Indonesia ketimbang bahasa Sunda kepada anak-anaknya. Inilah yang
menjadi alasan lunturnya budaya Suku Sunda khususnya bahasa.
Hanya warga
asli Bogor yang sudah tinggal berpuluh-puluh tahun saja, yang masih menggunakan
Bahasa Sunda dalam interaksi sehari-harinya. Bahasa Sunda yang digunakan oleh
warga Bogor hari ini tidak hanya bahasa loma saja, tapi ada juga bahasa Sunda
lulugu (baku) sebagaimana yang kita temui di daerah Parahyangan (Bandung dan sekitarnya).
Saya yang bertempat tinggal di Kabupaten Bogor bagian Selatan, melihat bahasa
Sunda Parahyangan banyak digunakan oleh warga yang tinggal di Kecamatan
Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Cijeruk, Ciapus, dan Pamijahan.
Warga yang tinggal di Selatan Bogor ini paham akan undak-usuk Bahasa Sunda,
karena secara geografis daerah Selatan Kabupaten Bogor langsung berbatasan
dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Dimana kedua daerah tersebut
memiliki kekentalan dalam menggunakan undak-usuk bahasa Sunda.
Hal serupa
bisa kita temui di Kabupaten Bogor bagian Timur. Seperti Kecamatan Jonggol dan
Cariu, warga di daerah tersebut pun dalam interaksinya banyak yang menggunakan
bahasa Sunda Parahyangan. Karena, jika dilihat secara geografis daerah ini
dekat dengan Kabupaten Cianjur. Kawan-kawan saya yang berasal dari Jonggol,
sangat terbiasa menggunakan bahasa Sunda Parahyangan (lemes). Sehingga saya
pribadi pun harus meresponnya dengan bahasa Sunda yang lemes juga.
Sekarang
kita berjalan menuju daerah Perkotaan Bogor. Daerah kota selalu menjadi pusat
daripada aktivitas sosial-ekonomi-politik, sehingga mengundang banyak kaum
urban dan transmigran dari berbagai macam daerah di seluruh Indonesia untuk
datang mengadu nasib di perkotaan. Bagi saya ini merupakan situasi sulit yang
dialami warga Bogor, ditengah banyaknya pendatang yang tidak mengerti bahasa
Sunda. Warga Kota Bogor mulai beralih dan meninggalkan bahasa Sundanya. Demi
memudahkan interaksi dengan setiap warga yang berbeda suku, ras, dan etnis. Dan
alasan lainnya, bahasa Sunda dianggap kuno oleh para pemuda Kota Bogor.
Sehingga hanya orang tua saja yang tetap menggunakan bahasa Sunda. Uniknya
masyarakat asli Kota Bogor jika berbicara menggunakan bahasa Sunda, mereka
tidak pernah menggunakan undak-usuk bahasa. Melainkan hanya bahasa loma saja
yang digunakan. Inilah yang saya senangi dari Kota Bogor.
Dan daerah
yang paling terasa dampak percampuran budaya dan bahasa adalah Kabupaten Bogor
bagian Timur. Daerah ini sangat dekat dengan Depok, dan DKI Jakarta. Sehingga
kita sering menemukan para warganya sudah mulai meninggalkan Bahasa Sunda, dan
lebih menggunakan bahasa gaul yang diadaptasi dari Bahasa Betawi. Namun, tidak
jarang juga kita menemukan warga Kabupaten Bogor Utara yang masih berbahasa
Sunda, walaupun menurut undak-usuk bahasa tergolong kasar. Hal ini harus kita
pahami bahwa budaya dan bahasa adalah sesuatu yang cair, selalu mengikuti
perkembangan zaman.
Saya sebagai
orang asli Sunda berdarah Bogor, mengajak kepada setiap pemuda di Kabupaten
Bogor untuk tetap menggunakan Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari.
Terlepas apakah bahasa yang digunakan loma ataukah lemes. Jangan takut salah
ucap ketika berbicara dengan bahasa Sunda, jangan hanya karena kita tidak
mengerti undak-usuk bahasa lantas kita menghindari penggunaan bahasa daerah
Sunda dalam percakapan sehari-hari. Jati diri warga Bogor terdapat dalam
nilai-nilai Kesundaan. Kita harus sadar bahwa, jauh sebelum adanya Negara
Republik Indonesia, Bogor sudah ada sebagai bagian dari Tatar Sunda. Warga
Bogor harus mampu meneruskan semangat Padjadjaran, dan melestarikan bahasa
daerahnya yaitu Sunda.
Demikian
perkembangan Bahasa Sunda yang dapat saya amati di Kabupaten Bogor dan
sekitarnya. Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman dan pengetahuan saya saat
ini, maka dari itu apabila saya mendapatkan sesuatu yang belum saya ketahui,
bukan tidak mungkin tulisan ini akan saya revisi. Saya sadar tulisan ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya membutuhan kritik dan saran dari
pembaca mengenai tulisan ini. Semoga pembaca bisa mengambil banyak pelajaran
dari tulisan ini. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
[1] https://www.bandungtimur.net/2017/09/seri-pelajaran-basa-sunda-bagian-10-undak-usuk-basa-sunda-loma-lemes.html. Tanggal 16/09/2020. Pukul 09.03 wib.
Menurut para ahli, masuknya
undak-usuk bahasa mulai merasuk ke tatanan Sunda, baru dimulai pada abad ke–17
M. di saat sebagian tatar Sunda ada di bawah penjajahan Kerajaan Mataram.
[2] https://tirto.id/membebaskan-aing-dari-belenggu-hierarki-bahasa-sunda-cn5j.
tanggal 16/09/2020. Pukul 08.30 wib.
[3] https://www.sundapedia.com/kata-ganti-orang-dalam-bahasa-sunda. Tanggal 16/09/2020. Pukul 09.18 wib.
[4]
Adikirna, Rana. 2019. TOPONIMI YANG BERADA DI DAERAH
KECAMATAN CIBIRU DAN KECAMATAN UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG. Kota Bandung, Universitas
Padjadjaran.
[5] https://www.bandungtimur.net/2017/09/seri-pelajaran-basa-sunda-bagian-10-undak-usuk-basa-sunda-loma-lemes.html. Tanggal 16/09/2020. Pukul 10.01 wib.
[6]
Adikirna, Rana. 2020. Geografi Dialek
Bahasa Sunda Kabupaten Bogor. Bandung, Universitas Padjadjaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar