Sabtu, 19 September 2020

PERKEMBANGAN BAHASA SUNDA DI DAERAH KABUPATEN BOGOR

Oleh: Alam Lestari

Bandung, 16 September 2020.

            Bogor merupakan salah satu daerah residen (kabupaten) di Jawa Barat yang memiliki nilai sejarahnya sendiri. Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, pada zaman dahulu Bogor dikenal sebagai pusat Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda Padjadjaran. Kerajaan yang cukup terkenal meliputi wilayah Jawa Barat dan Banten. Sebagai batas kerajaan antara Sunda Padjadjaran dan Sunda Galuh berada di aliran Sungai Citarum. Sebuah catatan sejarah juga menyebutkan, bahwa Bogor diduga mempunyai latar belakang sosial budaya dialek Sunda yang perlu diteliti.

            Masuknya Bogor ke wilayah Kerajaan Sunda Padjadjaran ini, tentunya mendapatkan pengaruh besar dalam hal Bahasa Sunda. Tidak seperti daerah Parahyangan yang dikuasai oleh Kerajaan Sunda Galuh ketika itu, yang perkembangan bahasanya dipengaruhi oleh invasi Kerajaan Mataram.[1] Hingga menghasilkan undak-usuk dalam Bahasa Sunda.[2] Daerah yang dulunya adalah wilayah Kerajaan Sunda Padjadjaran, tidak mendapatkan pengaruh undak-usuk bahasa yang diciptakan oleh penjajahan Kerajaan Mataram. Oleh karena itu, Bahasa Sunda yang berkembang di daerah Bogor dari zaman sebelum dan sesudah Kerajaan Sunda Padjadjaran hingga saat ini adalah Bahasa Sunda Loma.

            Bahasa Sunda Loma adalah Bahasa Sunda sedang atau biasa. Bahasa loma digunakan untuk orang atau teman yang sudah akrab dengan kita tanpa memandang strata.[3] Bahasa inilah yang sering digunakan oleh masyarakat Bogor dalam percakapan sehari-harinya. Dalam Bahasa Sunda Loma, kita masih bisa melihat kemurnian bahasa yang dimiliki oleh Suku Sunda, karena bahasa loma tidak memiliki aturan diksi seperti dalam undak-usuk bahasa yang mencirikan feodalisme. Masyarakat Bogor yang sering menggunakan bahasa loma menandakan bahwa, Bahasa Sunda di daerah ini masih memiliki kemurnian bahasa yang dimiliki oleh Suku Sunda. Saya teringat dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada tanggal 02 November 2019, dengan Abah Anto Sumiarto salah seorang budayawan Sunda dari Bandung Timur, beliau berkata “memang Bahasa Sunda yang asli itu seperti apa? Justru bahasa Sunda yang masih asli itu ada di Bogor, masa orang Bogor sendiri gak tau… Kalo bisa hapuskan sajalah undak-usuk Bahasa Sunda itu”.[4]

            Kemurnian Bahasa Sunda yang sesungguhnya harus di nilai pada naskah-naskah kuno dan prasasti peninggalan sejarah yang ada di Tatar Pasundan. Karena di dalam benda-benda sejarah tersebut Bahasa Sunda yang digunakan adalah bahasa loma. Hal ini terjadi jauh sebelum adanya invasi Kerajaan Mataram. Dari sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya, Suku Sunda adalah etnis yang tidak mengenal stratifikasi dalam kehidupan sosialnya.  “Pada masa era kerajaan Sunda seperti Padjadjaran berjaya, bahasa Sunda adalah bahasa yang sangat egaliter dan demokratis,” ungkap Ajip Rosidi, salah seorang Sastrawan Sunda dalam sebuah wawancara.[5]

Secara Administratif, Kabupaten Bogor termasuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Daerah Kabupaten Bogor bagian Utara berbatasan dengan: 1) Kabupaten/Kotamadya Tangerang, DKI Jakarta, Kota Depok, Kabupaten Bekasi; 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Cianjur; 3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi; 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Banten.

Daerah Kabupaten Bogor diduga memiliki dialek Sunda yang berbeda-beda di setiap kecamatannya. Maka dari itu, masing-masing wilayah Kabupaten Bogor memiliki ke khasan pemakaian Bahasa Sundanya. Seperti Kabupaten Bogor bagian Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lebak, Banten, memiliki bahasa Sunda loma. Hal ini juga bisa kita temukan di Kabupaten Bogor bagian Utara yang berbatasan langsung dengan Kota Depok, DKI Jakarta, dan Bekasi, memiliki kecenderungan bahasa yang sama yaitu loma. Walaupun untuk wilayah bagian Utara ini sudah bercampur dengan bahasa-bahasa melayu, namun unsur bahasa Sunda lomanya masih ada.[6]

Lalu untuk Kabupaten Bogor bagian Timur, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bogor bagian Selatan, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukabumi, memiliki ke khasan menggunakan bahasa Sunda Parahyangan lengkap dengan undak-usuknya.

Namun, Bogor hari ini sebagaimana salah satu daerah Jawa Barat yang masih memiliki kultur Sunda terutama dalam hal bahasa. Dan juga, sebagai daerah yang turut menyangga aktivitas sosial-ekonomi-politik DKI Jakarta. Masyarakatnya menghadapi situasi perkembangan budaya yang terus-menerus bergerak ke arah modernisasi akibat dari arus globalisasi yang tidak dapat dibendung. Bahasa Sunda di Bogor pun lambat laun mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya, karena dianggap kuno dan sulit digunakan untuk berinteraksi dengan orang sekitar. Mengingat masyarakat yang tinggal disini tidak hanya warga asli Bogor, namun banyak juga pendatang dari luar kota dan luar Pulau Jawa yang berbeda suku, agama, ras, dan etnis. Ditambah para orang tua yang secara biologis dan kultural adalah orang asli Sunda, lebih memilih mengajarkan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Sunda kepada anak-anaknya. Inilah yang menjadi alasan lunturnya budaya Suku Sunda khususnya bahasa.

            Hanya warga asli Bogor yang sudah tinggal berpuluh-puluh tahun saja, yang masih menggunakan Bahasa Sunda dalam interaksi sehari-harinya. Bahasa Sunda yang digunakan oleh warga Bogor hari ini tidak hanya bahasa loma saja, tapi ada juga bahasa Sunda lulugu (baku) sebagaimana yang kita temui di daerah Parahyangan (Bandung dan sekitarnya). Saya yang bertempat tinggal di Kabupaten Bogor bagian Selatan, melihat bahasa Sunda Parahyangan banyak digunakan oleh warga yang tinggal di Kecamatan Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Cijeruk, Ciapus, dan Pamijahan. Warga yang tinggal di Selatan Bogor ini paham akan undak-usuk Bahasa Sunda, karena secara geografis daerah Selatan Kabupaten Bogor langsung berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Dimana kedua daerah tersebut memiliki kekentalan dalam menggunakan undak-usuk bahasa Sunda.

            Hal serupa bisa kita temui di Kabupaten Bogor bagian Timur. Seperti Kecamatan Jonggol dan Cariu, warga di daerah tersebut pun dalam interaksinya banyak yang menggunakan bahasa Sunda Parahyangan. Karena, jika dilihat secara geografis daerah ini dekat dengan Kabupaten Cianjur. Kawan-kawan saya yang berasal dari Jonggol, sangat terbiasa menggunakan bahasa Sunda Parahyangan (lemes). Sehingga saya pribadi pun harus meresponnya dengan bahasa Sunda yang lemes juga.

            Sekarang kita berjalan menuju daerah Perkotaan Bogor. Daerah kota selalu menjadi pusat daripada aktivitas sosial-ekonomi-politik, sehingga mengundang banyak kaum urban dan transmigran dari berbagai macam daerah di seluruh Indonesia untuk datang mengadu nasib di perkotaan. Bagi saya ini merupakan situasi sulit yang dialami warga Bogor, ditengah banyaknya pendatang yang tidak mengerti bahasa Sunda. Warga Kota Bogor mulai beralih dan meninggalkan bahasa Sundanya. Demi memudahkan interaksi dengan setiap warga yang berbeda suku, ras, dan etnis. Dan alasan lainnya, bahasa Sunda dianggap kuno oleh para pemuda Kota Bogor. Sehingga hanya orang tua saja yang tetap menggunakan bahasa Sunda. Uniknya masyarakat asli Kota Bogor jika berbicara menggunakan bahasa Sunda, mereka tidak pernah menggunakan undak-usuk bahasa. Melainkan hanya bahasa loma saja yang digunakan. Inilah yang saya senangi dari Kota Bogor.

            Dan daerah yang paling terasa dampak percampuran budaya dan bahasa adalah Kabupaten Bogor bagian Timur. Daerah ini sangat dekat dengan Depok, dan DKI Jakarta. Sehingga kita sering menemukan para warganya sudah mulai meninggalkan Bahasa Sunda, dan lebih menggunakan bahasa gaul yang diadaptasi dari Bahasa Betawi. Namun, tidak jarang juga kita menemukan warga Kabupaten Bogor Utara yang masih berbahasa Sunda, walaupun menurut undak-usuk bahasa tergolong kasar. Hal ini harus kita pahami bahwa budaya dan bahasa adalah sesuatu yang cair, selalu mengikuti perkembangan zaman.

            Saya sebagai orang asli Sunda berdarah Bogor, mengajak kepada setiap pemuda di Kabupaten Bogor untuk tetap menggunakan Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Terlepas apakah bahasa yang digunakan loma ataukah lemes. Jangan takut salah ucap ketika berbicara dengan bahasa Sunda, jangan hanya karena kita tidak mengerti undak-usuk bahasa lantas kita menghindari penggunaan bahasa daerah Sunda dalam percakapan sehari-hari. Jati diri warga Bogor terdapat dalam nilai-nilai Kesundaan. Kita harus sadar bahwa, jauh sebelum adanya Negara Republik Indonesia, Bogor sudah ada sebagai bagian dari Tatar Sunda. Warga Bogor harus mampu meneruskan semangat Padjadjaran, dan melestarikan bahasa daerahnya yaitu Sunda.

            Demikian perkembangan Bahasa Sunda yang dapat saya amati di Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman dan pengetahuan saya saat ini, maka dari itu apabila saya mendapatkan sesuatu yang belum saya ketahui, bukan tidak mungkin tulisan ini akan saya revisi. Saya sadar tulisan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya membutuhan kritik dan saran dari pembaca mengenai tulisan ini. Semoga pembaca bisa mengambil banyak pelajaran dari tulisan ini. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.



[1] https://www.bandungtimur.net/2017/09/seri-pelajaran-basa-sunda-bagian-10-undak-usuk-basa-sunda-loma-lemes.html. Tanggal 16/09/2020. Pukul 09.03 wib. Menurut para ahli, masuknya undak-usuk bahasa mulai merasuk ke tatanan Sunda, baru dimulai pada abad ke–17 M. di saat sebagian tatar Sunda ada di bawah penjajahan Kerajaan Mataram.

[4] Adikirna, Rana. 2019. TOPONIMI YANG BERADA DI DAERAH KECAMATAN CIBIRU DAN KECAMATAN UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG. Kota Bandung, Universitas Padjadjaran.

[6] Adikirna, Rana. 2020. Geografi Dialek Bahasa Sunda Kabupaten Bogor. Bandung, Universitas Padjadjaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar