Lagu “E Wada” yang dipopulerkan oleh Franky Sahilatua pada tahun 90-an ini ditulis oleh Emha Ainun Nadjib menggunakan bahasa daerah Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Lagu ini sangat relevan dengan realitas hari ini. karena memiliki muatan mimesis (kebenaran) yang bisa kita refleksikan dengan berbagai peristiwa penggusuran tanah adat/konflik agraria di negeri ini.
Baru kemarin saat upacara memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ke-75 tahun. Kita melihat Presiden Jokowi menggunakan pakaian adat Pubabu dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (tirto.id, 29/08/2020). Dengan bangganya dia menggunakan pakaian dari masyarakat adat yang menjadi korban penggusuran pada 03 Agustus 2020, oleh Pemprov NTT yang dilakukan oleh aparat kepolisian.
Sungguh ironi, benar-benar miris. muncul dalam benak pikiranku apakah pemerintah pusat tutup mata dan telinga terhadap peristiwa penggusuran yang dialami masyarakat adat Pubabu? tentunya pemerintah pusat pun harus bertanggung jawab atas masalah ini. walau banyak orang menilai ini adalah masalah dan tanggung jawab Pemprov NTT.
Dari lagu "E Wada" ini aku bisa merefleksikan, selama ini masyarakat adat berusaha memelihara dan merawat tanahnya sendiri untuk menunjang kehidupan kelompoknya, serta menjaga ekosistem yang ada. akan tetapi, mereka selalu dihantui oleh kesewenagan para penguasa yang hendak merampas tanah adatnya hanya untuk kepentingan investasi. masyarakat adat akan disingkirkan oleh kekuasaan dan kesewenangan hingga berdarah-darah. Hutan-hutan mereka akan dialih fungsikan menjadi lahan bisnis korporasi.
Sejauh ini sudah ada 28
konflik agraria dari bulan Maret hingga awal bulan Juli 2020 (Konsorsium
Pembaruan Agraria, 28/08/2020). Dan berita terbaru datang dari Komunitas Adat
Laman Kinipan, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Dimana seorang ketua adat
dikrimininalisasi oleh PT. Sawit Mandiri Lestari. Ketua adat tersebut ditangkap
dan diseret oleh beberapa anggota polisi dirumahnya dengan tuduhan telah
melakukan pencurian, pemaksaan, dan perampasan gergaji mesin. Padahal ia hanya
ingin melindungi hutan adat yang selama ini masyarakat menggantungkan hidupnya
pada hutan tersebut. Hutan adat tersebut sudah dijaga dengan baik oleh
masyarakat adat setempat. Namun hari ini, hutan tersebut dihancurkan oleh salah
satu perusahaan sawit PT. Sawit Mandiri Lestari.
berikut adalah video dari lagu E Wada - Franky Sahilatua, selamat mendengarkan :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar